Portal Keunikan Masa Kini

Jumat, 02 April 2010

Resep Berumur Seabad Lebih dari Mbah Sayem

.





JAKARTA | SURYA.CO.ID — Mbah Sayem mungkin bukan orang dengan umur paling panjang di dunia atau bahkan di Indonesia. Tapi setidaknya, dialah yang umurnya paling panjang di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta, khususnya di Unit Budi Luhur Bantul.

Sesuai namanya, panti sosial ini memang merawat orang-orang sepuh. Selain Mbah Sayem yang usianya 107 tahun, di panti itu ada Mbah Ngatiyem yang usianya 90 tahun.

Lalu apa sih resep Mbah Sayem sampai bisa mencapai usia di atas satu abad? Perempuan seusia Mbah Sayem tentu saja tak kenal apa itu pola hidup vegetarian, tetapi ia sudah mempraktikkannya, meski mungkin tak seketat aturan vegetarian sekarang ini.

Yang jelas, Mbah Sayem mengaku tak pernah makan ikan (air tawar), daging ayam, sapi, kambing, apalagi seafood. Juga tidak suka sayuran bersantan. “Saya enggak pernah sakit,” katanya sambil tertawa kepada Kompas yang menemuinya di panti, pekan lalu.

Daging, kata Mbah Sayem, sama sekali tak doyan. Baunya amis, beda dengan sayur yang segar. “Saya pernah, waktu muda dulu, coba makan lele. Namun, baru satu gigitan, saya langsung muntah. Benar-benar amis, rasanya tidak enak,” katanya dalam bahasa Jawa.

Mbah Sayem mengaku paling suka masakan dari olahan daun singkong dan sayur asem. Ia tak mau masakan yang ada kuah santannya. Asal sayuran, juga buah, dia suka.

Matanya masih cukup awas, demikian pula pendengarannya. Ia pun masih suka menyanyi. Meski untuk berjalan kaki harus melangkah pelan-pelan, secara umum Mbah Sayem masih bisa melakukan aktivitas sendiri. Urusan mandi, misalnya, dia masih bisa melakukannya sendiri.

“Mata saya ini awas juga kok sebenarnya. Beberapa waktu lalu, kening saya kena lingir (pojokan tiang kayu). Terus dijahit. Setelah itu kok mata kanan agak kabur,” ungkapnya dalam bahasa Jawa.

Mbah Sayem adalah satu dari sekian lansia yang telantar. Dulu, warga Bantul Kota ini adalah petani, menggarap sawah bersama suami. “Anak saya satu, putri, tinggal di Sulawesi, tapi enggak pernah menengok kemari. Ya sudah,” ujarnya.

Mbah Sayem masuk ke panti tahun 1985, setelah dibujuk pejabat pengurus panti. “Saya maturnuwun sama mereka. Hidup saya menyenangkan,” katanya tertawa riang. kompas.com/pra

|Tweet

0 komentar:

Posting Komentar

Kenzod Blogs Copyright © 2011