DI BALIK kemeriahannya, Zakumi, maskot Piala Dunia 2010, seakan belum bisa membuat para pembuat nya tertawa atau setidaknya tersenyum. Pasalnya, Cosatu, kongres serikat buruh Afrika Selatan, mengemukakan bahwa Zakumi dibuat di Cina dengan mengeksploitasi habis-habisan para pekerjanya.
News of The World (NoW), tabloid mingguan Inggris, menyebutkan para pekerja pabrik yang membuat Zakumi hanya dibayar sekitar US $ 3 atau Rp 28.000 per hari. “Anda bisa membelinya dengan mudah tapi mereka (pekerja pabrik) baru bisa membeli satu Zakumi setelah bekerja selama dua minggu,” tulisnya seperti dilansir Times Live, Januari silam. “Para pekerja di pabrik tersebut kebanyakan adalah anak muda.
Berpura-pura sebagai pembeli potensial dari Inggris, investigator kami mendapati kondisi yang sangat menyedihkan di pabrik Shanghai Fashion Plastic Products, 30 mil dari pusatkota,” NoW melanjutkan, David Lau, staf eksekutif perusahaan tersebut, mengatakan bahwa organiser
turnamen Afrika Selatan dan FIFA memberikan mereka kontrak untuk membuat 2,3 juta pernak-pernik piala dunia setelah mengunjungi pabrik sebanyak empat kali.
turnamen Afrika Selatan dan FIFA memberikan mereka kontrak untuk membuat 2,3 juta pernak-pernik piala dunia setelah mengunjungi pabrik sebanyak empat kali.
Sedikitnya selusin perwakilan datang dan menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk memeriksa pabrik dan hasil produksinya. Mantan pekerja pabrik Shanghai Fashion Plastic Produk, Yu Ji Qing mengatakan bahwa pabrik pembuat Zakumi itu adalah pabrik terburuk diantara pabrik-pabrik yang ada. Terutama dalam hal pembayaran. “Mereka sangat ketat,” ujar Qing.
Lebih lanjut, Lau mengaku kepada NoW bahwa dia tidak tertarik dengan PiaJaDunia. Dia hanya tertarik pada uang. Menurut Lau, FIFA memaksa perusahaannya membayar 17 persen dari biaya grosir secara di muka. “Kami harus membayar jutaan dolar AS, tetapi kami adalah perusahaan besar dan kuat sehingga hal itu bukan menjadi masalah jika penjualan akan mendatangkan banyak uang bagi kami,” tegas Lau. ‘Kami mendapat pesanan sebanyak 300.000 buah untuk Swiss dan Afrika Selatan menginginkan 70.000 ribu lagi,” lanjutnya. Kala itu Lau mengaku perusahaannya telah menyelesaikan 30.000 Zakumi pesanan Afrika Selatan. Atas temuan itu, Cosatu menyimpulkan bahwa kisah tersebut menggambarkan sebuah keadaan yang mengerikan. Sepakbola telah dibajak sebuah perusahaan besar. Pekerja dan orang miskin yang telah mati-matian berusaha terpaksa terpinggirkan dari permainan yang sangat mereka Sukai yaitu sepakbola.(Tribun Jabar)
0 komentar:
Posting Komentar