Senin, 10 Mei 2010
Penemuan Kapal Nabi Nuh as
Klaim mengejutkan dikeluarkan peneliti ‘Noah’s Ark Ministries International’ dari China dan Turki.
Mereka mengaku menemukan bahtera atau kapal Nabi Nuh yang digunakan untuk menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya dari bencana banjir bah yang diyakini menenggelamkan separuh dari daratan Bumi, 4.800 tahun silam.
Sisa-sisa bahtera Nuh Nuh ditemukan berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.
Tak hanya mengajukan klaim, kelompok peneliti ini juga menampilkan foto dan membawa specimen dari kapal sebagai bukti penguat.
Mereka juga membuat rekaman dokumentasi di dalam benda mirip kapal, ukurannya besar, sebagian besar permukaannya tertutup salju — yang diyakini bahtera Nuh yang legendaris.
Video itu membawa kita masuk ke dalam bahtera Nuh. Seperti dilansir YouTube, para peneliti memukul-mukul papan-papan coklat, untuk membuktikan itu terbuat dari kayu.
Untuk masuk ke lambung kapal, peneliti harus menggunakan tambang.
Kisah Nabi Nuh diceritakan dalam ajaran tiga agama besar, Islam, Kristen, dan Yahudi — memicu misi pencarian sisa-sisa kapal legendaris tersebut.
Klaim penemuan di lokasi Gunung Ararat ini bukan kali pertamanya. Namun, klaim itu tak ada yang disertai bukti kuat.
Pada 1970, seorang pria Armenia Georgie Hagopian, mengklaim telah mengunjungi bahtera Nuh dua kali sekitar tahun 1908 /1910 dan 1906
Hagopian mengklaim dia menaiki kapal Nuh dan berjalan di atapnya.
Lalu ada, Ed Davis, prajurit AS berpangkat sersan yang bertugas dalam Perang Dunia II di Hamadan, Iran. Dia dilaporkan telah mendaki Gunung Ararat pada 1943. Dia mengaku bisa mengintip bagian dalam bahtera itu, namun tak berani untuk mendekat.
Penemuan Awal
Sebenarnya, pencarian terhadap perahu Nabi Nuh sudah cukup lama dilakukan. Setahun setelah terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi dahsyat pada 2 Mei 1883 yang telah memorak-porandakan kampung di kaki gunung Ararat, kerajaan Turki mengirim tim ekspedisi untuk melihat akibat yang ditimbulkannya. Kapten Gayscoyne, duta Inggris di Istambul, turut dalam ekspedisi itu. Saat itu mereka melihat “Perahu Nabi Nuh”.
Bukan itu saja, mereka juga dapat masuk dan mengukur perahu purba itu. Namun mereka tidak dapat mengukur dengan tepat dan lengkap karena sebagian darinya diselimuti es dan hanya 20 hingga 30 kaki saja yang menjulur keluar. Diketahui perahu itu dibuat dari balok kayu yang sudah tidak tumbuh lagi di bumi.
Menindaklanjuti temuan itu, pada 1917, Kaisar Rusia Tsar Nicholas II telah mengirim 150 orang pakar dari berbagai bidang dan tentara untuk mencari dan menyelidiki perahu Nabi Nuh. Setelah sebulan, tim ekspedisi itu baru sampai ke puncak Ararat. Segala kesukaran telah berhasil mereka lewati, dan akhirnya menemukan perahu Nuh tersebut. Dalam keadaan terkagum, mereka mengambil gambar sebanyak mungkin. Mereka mencoba mengukur panjang perahu Nuh dan didapati berukuran panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki, sebagian lainnya tenggelam di dalam salju.
Hasil dari perjalanan itu dibawa pulang dan mau diserahkan kepada Tsar, malangnya sebelum sempat melaporkan temuan itu ke tangan kaisar, Revolusi Bolshevik Komunis (1917) meletus. Laporan itu akhirnya jatuh ke tangan Jenderal Leon Trotsky. Sehingga sampai sekarang masih belum diketahui, apakah laporan itu masih disimpan atau dimusnahkan.
Pada 1949, pilot Rusia Lotskovitsky juga mengambil foto “Perahu Nabi Nuh”. Foto tersebut menunjukkan sebuah bintik gelap yang samar-samar tampak di bawah lapisan es yang tebal di puncak gunung, karena itu tidak sedikit ahli yang curiga bahwa itulah perahu Nabi Nuh.
Tahun 1957, beberapa pilot Angkatan Udara Turki sempat menyelidiki puncak Ararat, dan mendapati obyek di Provinsi Agri menunjukkan bentuk sebuah perahu. Namun, karena perang dingin Uni Soviet vs. AS, penemuan itu tidak ditindaklanjuti dengan alasan “mencegah mata-mata AS mendekat”, Uni Soviet melarang pesawat setiap negara memasuki di sekitar pegunungan Ararat. Larangan itu baru dicabut pada 1982, dan sejak itu berbagai tim ekspedisi mulai berdatangan lagi, namun tidak ada yang mampu membuktikan.
Ada juga cerita tragis pada 1960-an. Seorang pengusaha minyak menumpang helikopter di bagian utara gunung Ararat untuk urusan bisnis. Tiba-tiba ia terkejut melihat satu kotak besar yang panjang menyerupai perahu. Ia kemudian menyuruh pilotnya mendekati obyek itu untuk mengambil beberapa gambar. Dengan rasa bangga, ia memperlihatkan gambar-gambar yang telah diambilnya itu pada semua rekan-rekannya di Timur Tengah dan Amerika. Pada saat yang sama ia mencoba mencari bantuan dana untuk menjalankan ekspedisi mencari “Perahu Nabi Nuh”. Karena tidak mendapat dana, ia kecewa dan akhirnya pergi ke British Guyana membuka tambang minyak.
Pada 27 Desember 1962, pengusaha itu ditemukan mati dibunuh dengan keadaan tubuh terapung di kolam renang hotel. Dalam laporan pada polisi, seorang kawan baiknya mengatakan bahwa lemari tempat menyimpan semua foto “Perahu Nabi Nuh” telah digeledah orang 10 hari sebelum kejadian. Gambar perahu Nuh telah hilang. Kawan-kawan baik pengusaha itu mengaku bahwa mereka telah melihat foto hitam putih “Perahu Nabi Nuh” yang berukuran 8 x 10 inci. Dan tidak menolak kemungkinan ia dibunuh karena foto tersebut.
Baru kemudian pada 1995, analis gambar satelit Amerika Bolsey Taylor mulai memperhatikan obyek misterius yang disebut “keajaiban gunung Ararat” itu. Ia menghabiskan beberapa tahun lamanya, mengumpulkan sejumlah besar gambar dari satelit, dan mengklasifikasi foto satelit tersebut, akhirnya didapati, bahwa itu adalah sebuah benda raksasa yang panjangnya 180 meter. Namun, mereka juga tidak tahu persis benda apa sebenarnya, menurutnya bisa saja itu merupakan benteng kuno Turki, atau mungkin reruntuhan sebuah pesawat, dan kemungkinan juga itu adalah “Perahu Nabi Nuh”.
Hingga akhirnya Porcher Taylor, ahli satelit mata-mata, merasa terpanggil untuk ikut mencari kapal Nuh tersebut. Taylor adalah lulusan Akademi Militer West Point AS yang khusus sejak lama mendalami bidang satelit mata-mata. Sejak sembilan tahun lalu rupanya sudah mulai meneliti keanehan yang terjadi di sekitar gunung Ararat Turki ketika ia bertugas memata-matai negara-negara yang berbatasan dengan Uni Soviet .
Taylor sekarang bekerja sama dengan perusahaan satelit pengintai komersial Quick Bird, dan mulai lagi melakukan pemotretan di sekitar gunung Ararat. Sayangnya, foto yang diambil sekarang masih kurang detail karena dari beberapa pengambilan gambar di sekitar gunung tersebut terlalu mendung. Setidaknya usaha Taylor menjadi sebuah harapan besar umat manusia menemukan salah satu kebesaran Tuhan yang hilang.
Sekitar tiga tahun lalu, seperti ditulis G. Joseph, arkeolog Ron Wyatt dan David Fasold menyatakan telah menemukan pendaratan “Perahu Nabi Nuh”. Penemuan ini menyatakan juga bahwa jejak itu tidak berada di puncak Ararat tetapi sekitar 20 mil dari puncak Ararat, dekat sisi dari Turki dan Iran. Tetapi mereka percaya bahwa pasti benar apa yang dikatakan Alkitab bahwa bahtera Nuh mendarat di puncak Ararat. Pergeseran tanah selama ribuan tahun, gempa bumi, adanya gunung baru, dapat mengakibatkan bergesernya lokasi pendaratan tersebut dari puncak gunung Ararat ke posisi sekarang.
Peninggalan prasejarah yang berharga itu bukan saja menarik minat para peneliti sejarah malah pihak intelijen seperti CIA/KGB pun pernah mencoba menyelidikinya. Pihak CIA telah menggunakan satelit dan pesawat Stealth untuk mengambil gambar obyek yang diduga perahu Nuh itu. Gambar-gambar itu telah menjadi “rahasia besar” dan disimpan rapi dengan penjagaan yang sangat ketat bersama dengan “rahasia-rahasia” penting lainnya di Pentagon.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kenzod Blogs Copyright © 2011
0 komentar:
Posting Komentar